Jumat, 01 Mei 2015

kaum -jomblo- buruh bersatulah

Ada yang tau karl marx..?

Ayo lah. Okey, anggap saja tau ya,  krek. Marx, satu dari sekian banyak tokoh filsup yang ajarannya masih sangat sexi untuk di bicarakan. Laiknya kitab suci ummat islam, manifesto komunis yang lahir ribuan tahun silam ternyat masih di jadikan rujukan oleh kaum jomblo buruh. Ajarannya cukup menggemparkan dunia.

May day. Hari buruh yang di peringati setiap tahun sekali -kaya lebaran aja krek- oleh setiap buruh di pelosok negri. Banyak tuntutan mantan buruh yang selalu di teriakan bersamaan dengan momen ini. Kenaikan upah, tunjangan, penghapusan status jomblo outsorcing dan lain sebagainya. Spirit buruh yang demikian ini memang sudah di mulai sejak revolusi mental industri di Inggris. Kaum buruh di berbagai pabrik, baik itu kerah putih atau kerah biru -istilah buruh pabrik dan buruh kantor- semuanya bersatu padu menuntut macem macem.

Tapi aku sedang tak ingin menceritakan itu, apalagi nyeritain sejarah perburuhan yang di mulai sejak jaman neneknya plato atu aristo. Males. Yang reel reel good aja kreek.

Sejalan dengan tuntutan buruh yang selalu ramai di beritakan di layar tancap kaca. Ada penomena baru sebetulnya yaitu kelas jomblo baru. Kenapa banyak buruh yang meminta untuk pengurangan jam kerja, yang pada mulanya 12 jam sehari sekarang 8 jam sehari dan ternyata masih ingin di kurangi lagi. Ternyta banyak kaum buruh yang menjomblo akibat jam kerja yang begitu lama. Akibatnya mereka kekurangan waktu untuk ngajak gebetannya makan, atau sekedar nonton dan haha hehe lainnya.

Kaum jomblo buruh bersatulah.
Satu dari kawan ku bercerita tentang kisah naasnya yang menjomblo akut sejak dalam pikiran dan perbuatan kalo kata bang pram. Sebut saja dia bawor -bukan nama samaran- kisah menjomblo sudah sangat tenar melampoi jamannya. Kenapa dia menjomblo, lalu apa juga hubungan jomblo dengan peringatan may day atau kisah tragis kawan ku itu. Semoga saja hubungannya bukan tanpa status. Haha

Mari mengenal kawan ku ini.
Dia tinggal di mahad UIN jakarta. Sebetulnya a bukan satu satunya yang bernasib naas, ada banyak kawanku yang beenasib sama. Kalau buruh menuntut agar upah nya di naikan agar kesejahteraannya meningkat lalu waktu kerjanya di kurangin lagi, mungkin jika di perbolehkan untuk demo. Kawan ku pun akan drmo. Pasalnya bahwa nasib mereka hidup bebas, menghirup udara luar hanya beberapa jam saja, tepatnya pagi setelah matahari betul betul terbit sampai sebelum matahari terbenam. Selebihnya mereka tidak boleh keluar  goa.

Di karenakan waktu keluar penjara hanya sebentar maka tidak heran mereka menjomblo tak alang kepalang. Derita nya tak hanya sampai di situ, sebagai jomblo jomblo yang di kurung tentu mengaharapkan pasangan, mereka berusaha semaksimal mungkin, salah satu caranya dengan sebisanya mengikuti perkembangan jaman. Namun karena mereka tinggal di goa mahad yang tak terjangkau jaringan wifi, maka tak heran jika mereka menghabiskan waktu untuk menggalau belajar bersama. Aga mendingan bukan, minimal ada uang yang masuk jika dapet IP 4.0 dari pada nunggu liping kost yg g jelas galau tiap malam. Hahaa

Begitulah kehidupan kawan ku didalamgoa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar