Kamis, 14 Mei 2015

Mengharu-biru Yaspidaku

Seperti biasa. Pagi di kampung Renged. Dengan embun yang masih menutup jarak pandang, serta dinginnya air yang membuat malas orang untuk sekedar membasuh sekujur badan. Bak suasana di kutub bernuansa katulistiwa.

Dalam dingin, satu persatu manusia manusia mulai memadati pondokku, Yaspida. Tempat mendekatkan diri pada illahi dengan balutan iman dan taqwa. Tentu belum lupa, nuansa khas yang tak mungkin di jumpa di tempat mana pun, selain di sini, Yaspidaku.

Meski dingin menggigit, tak sedikit pun membuat penghuninya bermalas-malasan. Apa lagi hari ini. Untuk ke 13 kalinya Yaspida menggelar resepsi perpisahan. Artinya pondokku sudah menelurkan 13 angkatan di usianya yang menuju 16 tahun. Ratusan santri mulai memadati acara resepsi. Dengan seragam batik yang sudah di persiapkan, siap memadati ruangan.

Bukan hal yang baru memang, karna tak ada yang benar-benar baru kalau bahasanya Marx. Setiap tahun pondokku selalu menggelar acara semacam itu. Sekitar 900 manusia (subahanallah) akan di wisuda pada hari ini. Bisa di bayangkan bagaimana rasanya berada di tengah-tengah kerumunan manusia yang akan berpisah. Satu sisi tentu bahagia, di sisi lain merasa sedih. Bertahun-tahun (yang 3 tahun, dan 6 tahun) bersama (cie....) hari ini harus berpisah. 

Yang lebih heroik lagi adalah mereka berpisah namun belum ada keputusan lulus dari dinas (kasian :(..) pasalnya di tahun ini santri di wisuda terlebih dahulu dari pesantren dan sekolah baru kemudian ada pengumuman kelulusan.

Hari mulai beranjak siang. Selain tamu, alumni pun berdatangan. Ada yang membawa anak, ada yang bersama pasangannya dan sudah pasti selalu ada kaum yang masih sendiri, alias jomblo (innalillahi...) suasana silaturahim dan sesi curhat berlangsung kondusif tanpa anarkisme segala macem. Yang memiliki dendam pribadi di masa lalu, bisa di netralisir waktu itu. Termasuk di tolak dambaan hati sewaktu di pesantren. Namun setragis apapun masa lalu, momen kali ini berhasil menetralisir segalanya.

Banyak yang sudah berubah. Bukan waktunya merenungi masa lalu, karna hari esok berlalu begitu cepat. Mereka yang sudah bergelar sarjana dan pekerja melebur menjadi satu. Mereka yang menganggur juga begitu. Yang jomblo juga (hihi)

Silaturahim masih menjadi istilah yang sangat sakral, setidaknya buat alumni yaspida. Istilah hikmah dan berkah pun tak kalah sakralnya. Bayangkan saja, untuk sekedar bersalaman dan bertatap mata saja, banyak yang harus di korbankan. Meski sekedarnya. Seolah sudah menjadi kewajiban, beesilaturahmi dengan sang guru, Bapak.

14 mei, adalah tanggal perpisahan kali ini. Rutinitas yang sudah berjalan bertahun-tahun dengan orang-orang yang sama selama itu, mulai hari ini berubah. Hari baru, semangat baru dengan agenda-agenda yang baru juga sudah menanti. Momen ini adalah akhir untuk menutup masa putih abu (meminjam bahasa alay mereka) dan awal dalam menyongsong masa depan yang terlampau abstrak namun tetap indah untuk di ceritakan setidaknya untuk alumni yang lebih dulu menjalaninya. 

Sepertinya hari ini akan berlangsung cukup panjang. Haru membiru, berkaca-kaca (sabar yah de, tak usah lebay bisa kan) haha... like, share and coment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar