Minggu, 03 Mei 2015

Oraganisasi Kedaerahan dan Upaya Pelestarian Budaya

"Melangkah bersama melestarikan budaya bangsa".

Di anjungan Jawa Barat, ceritanya. Satu dari sekian anjungan yang ada di Taman Mini Indonesia Indah. 3 Mei adalah hari bersejarah bagi Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAY-AYU) Jakarta. Pasalnya, setelah hengkang sepuluh tahun, Permay Ayu Jakarta kembali menggelar pegelaran budaya khas daerah Indramayu, salah satu daerah di Jawa Barat yang ragam masyarakatnya unik dan menarik. Terletak di dataran Sunda, namun jangan heran jika dialek bahasanya banyak yang memakai bahasa Jawa. Hal ini cukup wajar, pasalnya, letaknya yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah membuat ragam bahasanya menjadi unik.

Pagelaran budaya Sunda kali ini berlangsung sejak pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Beragam kesenian Indramayu di tampilkan. Mulai dari tari topeng (sebagai tari khas Indramayu), tari Jaipong, Teater pasundaan serta penokohan Prabu Siliwangi yang cukup menarik perhatian pengunjung kala itu. Selain kesenian tari dan alat musik khas Sunda, tampil banyak rqgam budaya lain.

"Acara ini adalah hasil kerja keras panitia dan kerjasama antara Permay ayi dengan pemda Indramayu dalam hal ini DISBUDPAR dan komunitas sanggar seni yang ada di Indramayu" tutur ketua Permay Ayu ketika di ajak ngobrol oleh Dendi Budiman sebagai tamu undangan dari RIMASI Jakarta.

 Selain RIMASI, hadir juga para ketua umum organisasi primordial lain, di antaranya adalah Mitahul Huda sebagai ketua umum FORMALA, ketua umum HIMALAYA, KM-SGD, serta aktivis oragnisasi kedaerahan lainnya.

Harapan para aktivis kedaerahan itu tentu bagaimana kedepannya bisa menjalin relasi yang intens dalam bahu membahu melestarikan budaya bangsa. Laiknya konsensus bersama untuk sama sama mengabdi pada negri, melestarikan warisan budaya bangsa, karya nyata untuk Indonesia

Dalam beberapa pertunjukan yang di suguhkan panitian, penonton sangat menikmati pagelaran budaya kali ini. Di tengah meringseknya Globalisasi dan Industrialisasi di negri ini, spirit untuk melestarikan budaya bangsa cukup memberi optimistis yang layak mendapat apresiasi.

TMII yang merupakan warisan orde baru di bawah rezim Soeharto yang di inisisasi oleh Tutut, di pandang sebagi salah satu warisan yang sangat manfaat. Meski pada awalnya mendapat penolakan, namun pada akhirnya proyek raksasa itu berhasil di rampungkan.

Tak bisa di bayangkan jika proyek tersebut di gagalkan. Barangkali kita dan anak cucu kita nanti tak akan bisa menikmati pesona Indonesia itu. "Keliling Indonesia dalam satu hari", begitu kawan ku bilang di sela sela obrolan menuju ciputat, kota peradaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar