TEORI ELITE
Oleh: Dendi Budiman
(1113112000035)
Schumpeter (ekonom), Lasswell
(ilmuwan politik) dan sosiolog C. Wright Mills, yang melacak tulisan-tulisan
dari para pemikir Eropa masa awal munculnya Fasisme, khususnya Vilfredo Pareto
dan Gaetano Mosca (Italia), Roberto Michels (seorang Jerman keturunan Swiss)
dan Jose Ortega Y. Gasset (Spanyol). Pareto (1848-1928)" percaya bahwa
setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai
kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan sosial
dan politik yang penuh.
Mereka yang bisa menjangkau pusat
kekuasaan adalah selalu merupakan yang, terbaik. Merekalah yang dikenal sebagai
elit. Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan
tinggi dan dalam lapisan masyarakat. Mereka terdiri dari para pengacara,
mekanik, bajingan atau para gundik. Pareto juga percaya bahwa elit yang ada
pada pekerjaan dan lapisan masyarakat yang berbeda itu umumnya datang dari
kelas yang sama; yaitu orang-orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai
kelebihan dalam matematika, bidang musik, karakter moral dan sebagainya. Karena
itu menurut Pareto, masyarakat terdiri dari 2 kelas: (1) lapisan atas, yaitu
elit, yang terbagi ke dalam elit yang memerintah (governing elite) dan elit
yang tidak memerintah (non-governing elite), (2) lapisan yang lebih rendah,
yaitu non-elit. Pareto sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang
memerintah, yang menurut dia, berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan
kelicikan, yang dilihatnya sebagai hal yang sangat penting.
Konsep pergantian (sirkulasi)
elit juga dikembangkan oleh Pareto. "Sejarah", katanya,
"merupakan suatu pekuburan aristokrasi". Dalam setiap masyarakat ada
gerakan yang tak dapat. ditahan dari individu-individu dan elit-elit kelas atas
hingga kelas bawah, dan dari tingkat bawah ke tingkat atas yang melahirkan,
suatu peningkatan yang luar biasa pada unsur-unsur yang melorotkan kelas-kelas
yang memegang kekuasaan, yang pada pihak lain justru malah meningkatkan
unsur-unsur kualitas superior pada kelompok-kelompok (yang lain). Ini
menyebabkan semakin tersisihnya kelompok-kelompok elit yang ada dalam
masyarakat. Dan akibatnya, keseimbangan masyarakat pun menjadi terganggu.
Kiranya inilah yang menjadi perhatian utama Pareto.
Pada bagian lain ia juga
mengemukakan tentang berbagai jenis pergantian antara elit, yaitu pergantian:
(1) di antara kelompok-kelompok elit yang memerintah itu sendiri, dan (2) di
antara elit dengan penduduk lainnya. Pergantian yang terakhir itu bisa berupa
pemasukan: (a) individu-individu dari lapisan yang berbeda ke dalam kelompok
elit yang sudah ada, dan/atau (b) individu-individu dari lapisan bawah yang
membentuk kelompok elit baru dan masuk ke dalam suatu kearah perebutan
kekuasaan dengan elit yang sudah ada.
Tetapi apa sebenarnya yang
menyebabkan runtuhnya elit yang memerintah, yang merusak keseimbangan sosial,
dan mendorong pergantian elit. Pareto menjawab pertanyaan ini dengan
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sifat psikologis berbagai
kelompok elit yang berbeda. Dalam hubungan inilah Pareto mengembangkan konsep
"residu"nya. Konsep tersebut didasarkan pada perbedaan yang
digambarkannya terjadi di antara tindakan yang "logis" dan
"non-Iogis" (lebih daripada "rasional" dan
"non-rasional") dari individu-individu dalam kehidupan sosialnya.
Refensi: hasil bacaan dari buku diktat Filsafat Politik II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar