Rabu, 23 September 2015

RIMASI GELAR SEMINAR NASIONAL PILKADA SERENTAK 2015




Oleh: Dendi Budiman

Jakarta- Riungan Mahasiswa Sukabumi (RIMASI JAKARTA) yang bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Yayasan Binatng Muda Nusantara (BIDARA) yang di dukung oleh Ditjen Politik dan Hukum KEMENDAGRI menyelenggarakan SEMINAR NASIONAL yang bertema “Implementasi Kebijakan Politik dalam Negri Jelang PILKADA Serentak”. Kegiatan ini  menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya diantaranya adalah Bapak Ray Rangkuti selaku Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) dan juga Andar Nubowo (Dosen FISIP UIN Jakarat sekaligus Direktur Eksekutif Indostrategi) di  gelar pada hari Selasa 15 September 2015 di lingkungan FISIP Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 

Seminar Nasional ini mengambil tema tentang PILKADA serentak dengan pertimbangan bahwa masalah ini sangat urgen untuk dibicarakan bersama oleh para ahli di bidangnya. Mengingat bahwa pada tahun ini Indonesi akan menghadapi momentum bersejarah sepanjang pemilihan umum yaitu dengan menyelenggarakan pemilihan umum kepala daerah dengan serentak. PILKADA serentak ini memang sudah cukup lama menjadi sorotan media namun faktanya tidak sedikit mahasiswa yang belum paham betul bagaimana teori atau dasar hukum serta praktik yang terjadi pada momentum PILKADA serentak nanti. Karena itu seperti di tegaskan oleh ketua pelakana Dendi Budiman, masalah ini harus di perbincangkan dan di sosialisasikan.

“PILKADA adalah salah satu proses demokrasi di daerah untuk memilih kepala daerah, baik kepala daerah tingkat satu yakni Gubernur, maupun pemilihan kepala daerah tingkat dua yakni Bupati/Walikota. Hal ini merupakan salah satu wujud dan mekanisme demokrasi di daerah secara langsung, dan sarana manifestasi kedaulatan dan pengukuhan bahwa pemilih adalah masyarakat daerah”. papar Ray Rangkuti dalam mengawali presentasinya. Lebih jauh lagi bang Ray (panggilan akrabnya) memaparkan bahwa dalam kaitannya implementasi kebijakan politik dalam negri PILKADA Serentak akan menimbulkan polarisasi di tingkat daerah dan pusat. Polarisasi ini di akibatkan oleh adanya perbedaan partai pemenang di daerah dengan di pusat. “jika di satu daerah pemenang PILKADAnya adalah satu bendera dengan pusat maka pembangunan di daerah akan berjalan lancar. Dan begitupun sebaliknya” tandas bang Ray.
Berbeda dengan Ray Rangkuti yang cukup optimis dan sepakat dengan di adakannya  PILKADA Serentak tahun ini, Nadar Nubowo justru merasa pesimis dengan dilaksanakannya penyelenggaraan PILKADA Serentak tahun ini.  Pasalnya mengenai dasar hukumnya saja  terlihat seperti terdapat keragu-raguan. “Saya kira pemerintah terlihat ragu-ragu dalam mengeluarkan produk hukum terkiat PILKADA Serentak tahun ini”. Selanjutnya Andar menjelaskan dasar hukum di adakannya PILKADA Serentak tahun ini. Meski pesimis Andar tetap Berharap PILKADA Serentak ini bisa memunculkan pemimpin baru yang mampu membawa daerahnya ke arah yan lebih baik. “kita bisa lihat walikota Bandung atau Surabaya, tak perlu waktu  yang lama untuk mengubah kotanya, semoga PILKADA Serentak tahun ini mampu memunculkan para pemimpin yang demikian”. Tandasnya.

Di akhir acara keduanya (Ray Rangkuti dan Andar Nubowo) sepakat bahwa Setidaknya terdapat tiga masalah pencalonan pasangan kepala daerah dalam proses penyelenggaraan pilkada. Pertama, terjadi politik uang dalam bentuk ”ongkos perahu” yang diberikan pasangan calon kepada partai politik yang memang berhak untuk mencalonkan. Inilah politik uang pertama sekaligus kentara dalam pilkada sekalipun besarnya ”ongkos perahu” tidak sebanding dengan dukungan parpol dalam kampanye. Kedua, terjadi ketegangan dan bahkan perpecahan internal parpol akibat ketidaksepakatan pengurus parpol dalam mengajukan pasangan calon. Akibatnya, parpol menjadi lemah sehingga mereka gagal memperjuangkan kepentingan anggota. Ketiga, pencalonan yang hanya mempertimbangkan ”ongkos perahu” mengecewakan masyarakat karena calon yang diinginkan tidak masuk daftar calon. Di satu pihak, hal ini menyebabkan masyarakat apatis terhadap pilkada sehingga partisipasi pemilih menurun. Di lain pihak, hal itu menyebabkan masyarakat marah sehingga bisa menimbulkan konflik terbuka.

Kegiatan yang di gagas oleh RIMASI jakarta ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa UIN Jakarta khusunya mahasiswa Sukabumi yang sedang kuliah di Jakarta. Di harapkan setelah mengikuti acara ini mahasiswa mempunyai pemahaman baru terkait PILKADA Serentak yang akan kita hadapi di akhir tahun ini sehingga menjadi pemilih yang cerdas Dan pada nantinya menggunakan hak pilihnya untuk menentukan masa depan daerahnya satu periode kedepan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar