Jumat, 15 Mei 2015

10 Tahun PASPAMDA: Karya Nyata Untuk YASPIDA

Rentang panjang perjalanan PASPAMDA (Pasukan Penganan Yaspida) sejak pertama di dirikan pada tanggal 15 Mei 2005 sampai hari ini di usianya yang ke 10. PASPAMDA berhasil menjadi organisasi kesiswaan dan kesantrian yang sangat di perhitungkan keberadaannya.

Ukiran sejarah sejak pertama di dirikan cukup memberikan sumbangsih yang sangat berarti bagi lembaga yang menaunginya, YASPIDA. Ukiran itu tentu tidak serta merta tercipta begitu saja, laiknya mantra bim salabim. Dinamika organisasi dari masa ke masa sangat memperlihatkan jelas usaha kolektifnya untuk mengawal dan memastikan lembaga yang menaunginya tetap bertahan. Seperti prinsifnya yaitu menjadi pasukan pengaman yang mengawal progres Yaspida hari ini dan nanti.

Perjalanan panjang itu di ukir dengan banyak tangan dan harapan besar atas narasi sejarah yang menjadi spiritnya. "Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang" -Soekarno (06.06.91) ungkapan fonding father pada masanya, masih sangat relevan dengan konteks hari ini, milad PASPAMDA.

Bahwa Paspamda telah berhasil menelurkan kader-kader ummat dan bangsa. Capaian ini tentu menjadi sebuah kebanggan ketika menyoal eksistensi Paspamda. Di satu sisi. Di sisi yang lain, kebanggan itu justru kemudian harus menjadi beban tanggung jawab kader hari ini. Jika dulu (katakanlah) senior berhasil berproses di paspamda dengan baik sehingga menghasilkan out put yang patut di perhitungkan, lalu bagaimana kader hari ini. Ini tentu menjadi tantangan dan pekerjaan rumah yang cukup serius. Bukan hanya komandan atau pengurus saja, melainkan seluruh manusia yang pernah menjadi bagian dalam organ ini, salah satunya adalah alumni.

Proses perkaderan yang cukup panjang dan melelahkan tentu menjadi tolok ukur keberhasilan. Namun tak bisa di nafikan, kalau semua ada masanya, dan setiap masa ada orangnya. Artinya culture pada tiap masa tentu berbeda. Inilah yang menjadi bagian terpenting dalam mengevaluasi perkaderan. Bahwa betul kedisiplinan dalam berorganisasi adalah nafas, tapi masalah teknis harus terus di perbarui mengikuti arah gerak sejarah. Jika tidak, paspamda akan di tinggalkan dan kemudian tenggelam oleh waktu pada masanya. Apa yang kemudian menjadi tujuan harus tetap tercapai. 

Bagaimana oraganisasi ini bisa tetap survive dan berkontribusi positif, menjadi pertanyaan selanjutnya. Betul bahwa setiap organ memiliki masalah yang hampir serupa. Kehilangan peminat, kurangnya kualitas kader dan seterusnya dan seterusnya. Bukan waktunya merenung, karena perubahan tidak datang di malam buta dengan kaki tersila. Perubahan datang ketika kita sepakat untuk mengawalinya.

Garapan paspamda ke depan cukup serius. Sama seriusnya dengan memastikan baiknya perjalanan yaspida kedepan. Paspamda harus berfikir visioner, berdikari dan dinamis. Kalo bukan kita, siapa lagi.

10 tahun paspamda, karya nyata untuk Yaspida.

Kamis, 14 Mei 2015

Mengharu-biru Yaspidaku

Seperti biasa. Pagi di kampung Renged. Dengan embun yang masih menutup jarak pandang, serta dinginnya air yang membuat malas orang untuk sekedar membasuh sekujur badan. Bak suasana di kutub bernuansa katulistiwa.

Dalam dingin, satu persatu manusia manusia mulai memadati pondokku, Yaspida. Tempat mendekatkan diri pada illahi dengan balutan iman dan taqwa. Tentu belum lupa, nuansa khas yang tak mungkin di jumpa di tempat mana pun, selain di sini, Yaspidaku.

Meski dingin menggigit, tak sedikit pun membuat penghuninya bermalas-malasan. Apa lagi hari ini. Untuk ke 13 kalinya Yaspida menggelar resepsi perpisahan. Artinya pondokku sudah menelurkan 13 angkatan di usianya yang menuju 16 tahun. Ratusan santri mulai memadati acara resepsi. Dengan seragam batik yang sudah di persiapkan, siap memadati ruangan.

Bukan hal yang baru memang, karna tak ada yang benar-benar baru kalau bahasanya Marx. Setiap tahun pondokku selalu menggelar acara semacam itu. Sekitar 900 manusia (subahanallah) akan di wisuda pada hari ini. Bisa di bayangkan bagaimana rasanya berada di tengah-tengah kerumunan manusia yang akan berpisah. Satu sisi tentu bahagia, di sisi lain merasa sedih. Bertahun-tahun (yang 3 tahun, dan 6 tahun) bersama (cie....) hari ini harus berpisah. 

Yang lebih heroik lagi adalah mereka berpisah namun belum ada keputusan lulus dari dinas (kasian :(..) pasalnya di tahun ini santri di wisuda terlebih dahulu dari pesantren dan sekolah baru kemudian ada pengumuman kelulusan.

Hari mulai beranjak siang. Selain tamu, alumni pun berdatangan. Ada yang membawa anak, ada yang bersama pasangannya dan sudah pasti selalu ada kaum yang masih sendiri, alias jomblo (innalillahi...) suasana silaturahim dan sesi curhat berlangsung kondusif tanpa anarkisme segala macem. Yang memiliki dendam pribadi di masa lalu, bisa di netralisir waktu itu. Termasuk di tolak dambaan hati sewaktu di pesantren. Namun setragis apapun masa lalu, momen kali ini berhasil menetralisir segalanya.

Banyak yang sudah berubah. Bukan waktunya merenungi masa lalu, karna hari esok berlalu begitu cepat. Mereka yang sudah bergelar sarjana dan pekerja melebur menjadi satu. Mereka yang menganggur juga begitu. Yang jomblo juga (hihi)

Silaturahim masih menjadi istilah yang sangat sakral, setidaknya buat alumni yaspida. Istilah hikmah dan berkah pun tak kalah sakralnya. Bayangkan saja, untuk sekedar bersalaman dan bertatap mata saja, banyak yang harus di korbankan. Meski sekedarnya. Seolah sudah menjadi kewajiban, beesilaturahmi dengan sang guru, Bapak.

14 mei, adalah tanggal perpisahan kali ini. Rutinitas yang sudah berjalan bertahun-tahun dengan orang-orang yang sama selama itu, mulai hari ini berubah. Hari baru, semangat baru dengan agenda-agenda yang baru juga sudah menanti. Momen ini adalah akhir untuk menutup masa putih abu (meminjam bahasa alay mereka) dan awal dalam menyongsong masa depan yang terlampau abstrak namun tetap indah untuk di ceritakan setidaknya untuk alumni yang lebih dulu menjalaninya. 

Sepertinya hari ini akan berlangsung cukup panjang. Haru membiru, berkaca-kaca (sabar yah de, tak usah lebay bisa kan) haha... like, share and coment

Rabu, 06 Mei 2015

Mahad Kehilangan (LAGI...)

Dengan lemas dan wajah kian melas, seorang mahasiswa asal Lamongan Melangkah perlahan menyusuri lorong Mahad UIN Jakarta. Luqman, adalah korban kali ini. Laptop kesayangannya raib di gondol maling biadab malam lalu. Makalah yang tinggal beberapa hari lagi harus di kumpul, menambah beban deritanya. Uang?, apalagi. Sudah 2 bulan terakhir ini uang living kost yang menjadi haknya tak kunjung turun. Ternyata maling sialan itu tak hanya mencuri laptopnya saja, smartphone miliknya yang belum setahunpun ikut raib. Lengkap sudah derita mahasiswa Usuludin ini.

"Aku cukup sabar. Toh musibah ini nda akan bikin badanku kurus", komentarnya ketika di tanya kawannya setelah beberapa jam tersadar, barang miliknya sudah berpindah tangan.

Bukan hanya Lukman, yang menjadi korban incaran maling waktu itu. Di waktu yang sama, yaitu berkisar pukul 02 dini hari tanggal 06 Mei, Hamdani, seorang ketua Formabi (Forum Mahasiswa BidikMisi) pun menjadi korban kebiadaban pencuri sialan itu. Dani, begitu sapaannya, tak jauh berbeda nasibnya dengan lukman. Deritanya di Mahad hampir serupa. Pasalnya Dani pun, di saat yang bersamaan, kehilangan dua buah alat elektronik yang sangat penting dalam hidupnya. Yang membedakan adalah, Luqman bertubuh gemuk sedangkan Dani aga kurus. "Mirip Jokowi" kata temannya yang sama sama penerima beasiswa BidikMisi.

Pada hari itu juga, OMM (Organisasi Mahasiswa Mahad) mengadakan gerakan. Bada solat Subuh, Luqman -bukan Korban- ketua OMM, menggelar Yasin dan Doa bersama. Semoga saja malingnya di berikan kesadaran dan korban di beri ketabahan.

Insiden kehilangan seperti ini ternyata bukan kali pertamanya terjadi di Mahad. Masih di semester genap ini, sudah terjadi beberapa kali kasus kehilangan barang, khususnya barang elektronik. Kehilangan-kehilangan semacam itu seolah-olah bukan hal baru di Mahad. Bayangkan saja, sepatu untuk berangkat ke kampus saja, yang hanya satu-satunya, tak jarang di gondol maling. Pertanyaannya, bukan, siapa yang salah?. Toh setiap kali ada kejadian kehilangan, blm pernah ada tindakan yang serius mengurus perkara itu.  "Tega betul maling itu. Padahal kita -mahasiswa BidikMisi- adalah kaum kelas 2 di UIN Jakarta ini. Ko sampai hati mengambil barang teman kita" saut Mis Bahar, mahasiswa Tafsir Hadist ketika mengetahui banyak kawannya kehilangan barang.

Sebagai asrama mahasiswa beasiswa, harusnya Mahad UIN Jakarta memberikan pelayanan yang prima terhadap penghuninya. Sudah betul, bahwa di Mahad terdapat pak Satpam yang selalu stand by di pintu gerbang. Namun tugasnya tentu bukan hanya menunggui pintu gerbang sambil menonton TV, tapi memastikan bahwa di asrama itu aman, terkendali.

Harusnya ini merupakan pelajaran bagi penghuni Mahad, bukan untuk di ratapi, tapi di tindak lanjuti. Meminjam istilahnya Amien Rais, "manusia itu unik, aneh. Mengetahui bahwa kejadian itu seperti demikian. Sebabnya, dampaknya dan lainnya, namun selalu mengulanginya". Barangkali ungkapan pak Amien itu benar. Harusnya penghuni mahad belajar dari pengalaman. Semoga itu adalah kali terakhir mahad kehilangan.

Ingat, kejahatan bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan Dan ketidak jelasan anggaran..
 Waspadalah..... waspadalah.....

ALI SYARIATI: PEMIKIRAN DAN GERAKAN


ALI SYARIATI: PEMIKIRAN DAN GERAKAN
Oleh Dendi Budiman


Apa yang harus dilakukan ?
Adalah kata kunci dari pemikiran Syariati.
Darimana kita mesti mulai ?
Merupakan point penting dari gerakan revolusioner Syariati.


          Bagaimana umat Islam dapat hidup secara layak di dunia Modern? Inilah salah satu pertanyaan sentral yang telah banyak menarik umat Islam sepanjang abad ke-20, demikian kata Steven R. Benson, dalam salah satu artikelnya ketika menulis tentang Ali Syariati dalam kaitannya dengan perubahan sosial. Menjadi menarik kalau saya kutipkan petikan panjang artikelnya, bahwa;
“ Pertanyaan tersebut terkait dengan sejumlah pengalaman modern: industrialisasi, kolonialisme dan neokolonialisme, konsumerisme, kebebasan seks, teknologi angkasa luar, kebebsan berfikir, dan lain sebagainya. Sebagaian menanggapi persoalan tersebut dengan perasaan rendah diri dan malu karena bertahun-tahun terisolasi dalam pengalaman kolonial. Mereka menyaksikan bagaimana kultur tradisional dan agama menjadi penghambat kemajuan masa depan umat Islam, lalu mereka mengambil kapitalisme Barat atau ideologi-ideologi Marxis modern sebagai alat untuk memordernisasikan masyarakat mereka. Sebagian lagi, yang lebih tradisional, memandang semua bentuk kehidupan modern sebagai setan, dan dengan cara apa pun menolak berkompromi dengan pola tatanan modern serta lebih suka mengisolasi diri. Tetapi ada kelompok ketiga yang menempuh jalan berbeda. Mereka menilai eksperimentasi Barat telah gagal, tetapi menyadari perlunya menjadi bagian dari dunia modern. Mereka ingin membangun sebuah kebanggan baru tentang warisan Islam di kalangan Muslim dan menemukan solusi dalam warisan tersebut untuk memungkinkan umat Islam berpartisipasi penuh dalam dunia modern tanpa hanya meniru solusi dunia Barat, dan pada saat yang sama tetap berpegang pada kebudayaan dan keyakinan Islam. Seperti gambaran inilah sosok Dr. Ali Syariati. Dia dididik dalam dua tradisi –Barat dan Islam – dan memiliki kemampuan bertutur yang mengagumkan. Dengan cepat dia membina para pengikut yang sangat bergairah dari kalangan generasi muda Iran yang terdidik. Dengan penguasaan yang seimbang antara khazanah sumber-sumber Barat dan sumber-sumber Islam dan keberaniannya menginterpretasi keduanya secara bebas, dia memberikan jawaban yang tepat bagi krisis budaya di Iran.”


Siapa Syariati ?
          Adalah Mazinan, sebuah desa di pinggiran Masyad, di timur laut Khurasan, Iran, yang menjadi saksi tanah tumpah darah pertama dari seorang Ali Syariati. Tepatnya, pada tanggal 24 november 1933, Ali Syariati di lahirkan, dari pasangan Sayyid Muhammad Taqi’ Syariati dan Zahra. Syariati adalah putra sulung dari kedua pasangan keluarga tersebut. Latar belakang keluarganya cukup disegani di desa tersebut, sebagai seorang tokoh spiritual. Sebenarnya, nama asli Syariati adalah Muhammad Ali Mazinanin, tetapi ia merubahnya ketika akan meninggalkan Iran menuju London, pada tanggal 16 mei 1977, guna mengelabui petugas keamanan.
          Masa kecil dan remaja Syariati dijalani di desa tersebut bersama dengan sang ayah Dan bagi Syariati, guru pertamanya, yang sekaligus sangat mempengaruhinya adalah ayahnya sendiri. Seperti syariati tuliskan:
“Ayahku membentuk dimensi-dimensi pertama batinku. Dialah yang mula-mula mengajariku seni berfikir dan seni menjadi manusia. Begitu ibu menyapihku, ayah memberikan kepadaku cita kemerdekaan, mobilitas, kesucian, ketekunan, keikhlasan serta kebebasan batin. Dialah yang memperkenalkan aku kepada sahabat-sahabatnya – ialah buku-bukunya; mereka menjadi sahabat-sahabatku yang tetap dan karib sejak
tahun-tahun permulaan sekolahku. Aku tumbuh dan dewasa dalam perpustakaannya. Banyak hal yang sebetulnya baru akan kupelajari kelak bila aku telah dewasa, melalui rangkaian pengalaman yang panjang dan harus kubayar dengan usaha dan perjuangan yang lama, tetapi ayahku telah menurunkannya kepadaku sejak masa kanan-kanak dan remajaku secara mudah dan spontan. Aku dapat mengingat kembali setiap bukunya, bahkan bentuk sampulnya. Teramatlah cintaku akan ruang yang baik dan suci itu; bagiku ia merupakan sari masa lampauku yang manis, indah, tetapi jauh.”
          Setelah masa-masa remaja dilalui, pada tahun 1950-an, Syariati menjadi Mahasiswa di Primary Teascher’s Training College sambil mengajar. Lalu mulai belajar di Universitas Masyhad. Dan tahun ini juga Syariati menikah. Nanti pada 1958, Syariati meraih gelar BA dalam bahasa Arab dan Perancis, yang kemudian tahun selanjutnya 1959 lulus ke Sarbone University di Perancis. Di Sarbone inilah Syariati mendalami kajian sastra dan sosiologi, dan bertemu serta menelaah karya-karya seperti; Henry Bergson, Jack Berque, Albert Camus, A.H.D. Chandell, Franz Fanon, George Gurwitsch, Louis Massignon, Jean Paul Sartre, dan Jacques Schwartz.
          Pada tahun 1963, Syariati menyelesaikan program Doktornya di Sarbone, dengan desertasi yang membincang komentar kritis naskah Persia abad pertengahan Fadha’il Al-Balkh (“Les Merites de Balkh”). Dan setelah itu, Syariati pun kembali ke Iran, bersama isteri dan kedua anaknya guna mengabdi pada negaranya, rakyatnya dan agamanya, Islam. Namun diluar dugaan, begitu Syariati tiba di Bazargan –perbatasan Iran dan Turki – ia ditahan di hadapan isteri dan anak-anaknya dan langsung dipenjarakan. Selama pengasingan di penjara, Syariati tidak diperbolehkan bertemu dengan isteri dan anak-anaknya, termasuk ayahandanya, sang guru pertamanya sekalipun.

Pemikiran Syariati
          Pijakan terpenting dari pemikiran syariati adalah terletak pada cara memahami Islam. Bagi Syariati, persoalan cara atau metode menjadi sangat menentukan, karena dengan menggunakan cara atau metode kita dapat memahami Islam secara komprehensif. Salah satu cara atau metode memahami Islam adalah dengan cara melakukan perbandingan. Bagaimana mengenal Allah, dan membandingkannnya dengan sesembahan agama-agama lain. Mempelajari Al-Quran dan membandingkannya dengan kita-kitab lainnya. Mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkan beliau dengan tokoh-tokoh besar yang pernah hidup dalam sejarah. Dan terakhir, mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dengan membandingkan tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran pemikiran lain.
          Bertolak dari asumsi itulah, kita dapat menelusuri pemikiran-pemikran Syariati dalam pelbagi tema, seperti; agama, filsafat, etika, sosiologi, sejarah, sastra dan biografi. Sehingga, dalam berbagai karya Syariati, kita akan menemukan, bagaimana karakter Tuhannya Musa dan Isa di perbandingkan, maupun konsep-konsep Tuhan lain, dengan Tuhannya Muhammad
          Demikian juga halnya dengan pemikiran-pemikiran filsafat atau aliran-aliran pemikiran. Bagaimana Humanisme, Marxisme, Eksistensialisme diperbandingkan dengan Islam sebagai mahzab pemikiran. Dalam hal agama pun diperbandingkannya, bahkan secara internal agama Islam, maupun dalam mahzab Islam Syiah yang dianutnya, termasuk ritus-ritus keagamaan yang Syariati anggap keliru. Dan, selanjutnya bagaimana Syariati menulis tentang sosok seperti; Nabi Muhammad dan Imam Ali, Fatimah Azzahra, Imam Husain dan Abu Dzar Al-Giffari , yang tentu masih dalam kerangka perbandingan pemikiran dalam sejarah.

Gerakan Revolusioner Syariati
          Ali Syariati pernah berkata, “ Saya memberontak maka Saya Ada”, dan pada bagian lain ungkapaannya yang sangat terkenal, bahkan pada saat revolusi sosial Islam di Iran terjadi, dan ditulis dalam bentuk spanduk dan pamflet, “Setiap hari adalah Assyura dan setiap tempat adalah Karbala.” Meski Syariati tidak sempat menyaksikan jalannya revolusi, tetapi peranannya sebelum rvolusi tidak bisa diabaikan. Bahkan Syariati dianggap sebagai salah seorang arsitek dan ideolog Revolusi Islam Iran.
          Mengapa Syariati terlibat dalam gerakan revolusioner? Karena Syariati telah mendefenisikan bahwa bila merindukan perubahan, maka dibutuhkan Raushanfikr (orang-orang yang tercerahkan). Dan rupanya, julukan raushanfikr patut pula diberikan kepada Syariati, karena sang raushanfikr adalah ; individu-individu yang sadar dan tanggungjawab utamanya adalah membangkitkan karunia Tuhan yang mulia, yaitu “kesadaran diri” (khud-agahi) masyarakat. Sebab hanya kesadaran diri yang mampu mengubah rakyat yang statis dan bobrok menjadi suatu kekuatan yang dinamis dan kreatif.
          Keterlibatan Syariati dalam gerakan revolusioner, bukan hadir secara tiba-tiba. Tetapi sejak muda ia telah terlibat dalam berbagai macam gerakan revolusioner. Pada tahun 1940-an, Syariati telah bergabung dengan “Gerakan Sosialis Penyembah Tuhan” dan Pusat Penyebaranm Islam” yang didirikan oleh ayahnya. Di tahun 1950-an, Syariati kemudian aktif dalam gerakan rakyat dan nasionalis untuk nasionalisasi industri minuak iran, dan selanjutnya mendirikan “Persatuan Pelajar Islam” di Masyhad. Yang akhirnya di penjara karena aktivitas politiknya.
          Memasuki tahun antara 1959-1964, ketika sudah belajar di Sarbone University Perancis, Syariati aktif dalam kehidupan politik di Perancis bersama Mustafa Chamran dan Ebrahim Yazdi, mendirikan Gerakan Kebebsan Iran, di Luar Negeri. Lalu ikut dalam pembentukan Front Nasional Kedua, dan selanjutnya bergabung dengan gerakan Aljazair, yang kemudian dipenjara karena memberikan kuliah kepada mahasiswa revolusioner Kongo.
          Pada tahun 1964, Syariati kembali ke Iran, kemudian ditahan di perbatasan dan selanjutnya dipenjarakan selama 6 bulan. Setelah keluar dari penjara, Syariati kemudian mendirikan Husayniah Irsyad, dan menjadikannya sebagai basis pergwrakannya. Dan pada tahun 1972, Husayniah Irsyad menghentikan aktinitasnya, dan selanjutnya Syariati pun ditahan. Kemudian, pada tahun 1975, oraginasisi-organisasi internasional, kalangan intelektual Paris dan Aljazair membanjiri Teheran dengan petisi untuk kebebsan Syariati, akhirnya dibebaskan dari penjara. Tetapi, setelah itu, hingga tahun 1977 dikenakan tahanan rumah.
          Setelah dikenakan tahanan rumah, tepatnya pada bulan Mei 1977, Syariati
mampu meloloskan diri ke luar negeri. Setelah mampir di Paris, ia melanjutkan perjalanan menuju London, Inggiris, dengan maksud akan meneruskan perjalanan ke Amerika Serikat Dan sebulan kemudian, Juni 1977, Syariati meninggal secara misterius di rumah kerabatnya, dengan petunjuk-petunjuk kuat bahwa ia telah syahid di tangan Savak.
          Berdasarkan harapan dan keingininan Syariati, yang sering diucapkannya, untuk dikuburkan dekat kuburan Zaenab, saudara Imam Husain --yang menyaksikan peristiwa Karbala, dan menyiarkan kesaksiannya – maka jenazahnya di bawah ke Damaskus, Syiria dan dimakamkan di sana. Dan pada tahun 1979, Syariati mendapatkan anumerta atas penerbitan kumpulan karyanya, yang hingga 1986, telah terbit 35 buah buku.
Sayangnya, Syariati hanya hidup dalam waktu yang singkat, 44 tahun. Padahal masih banyak yang dibutuhkan dari pemikirannya dan gerakan-gerakan revolusionernya. Tetapi seperti kata Abdul Aziz Sachedina :
“ Tidak mudah untuk menganalisa pribadi-pribadi seperti Syariati, yang dalam pemikiran-pemikiran dan perbuatan-perbuatannya tampaknya berdimensi banyak. Adalah merupakan fenomena yang hebat dalam sejarah orang-orang besar bahwa dalam karirnya mereka meninggalkan begitu banyak yang tidak terpecahkan, sehingga orang selalu mengiginkan kiranya mereka dapat hidup sedikit lebih lama guna memecahkan teka-teki yang banyak ini.”

Wallahu alam bissawab

ISLAM & NEGARA


MAKALAH ISLAM & NEGARA
KEBANGKITAN & PEMBAHARUAN


Disusun oleh:

                 DENDI BUDIMAN   1113112000035

                         
Jurusan : ILMU POLITIK IV A

                                DOSEN   : Dr. Bakhir. Ihsan, MSi


SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE FACULTY
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kata Pengantar

Assalamu”alaikum wrwb
            Puji beserta syukur kita ucapkan kepada Allah Swt yang telah memberikan kita nikmat iman dan nikmat kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Islam & Negara dengan judul “ Islam & Negara: Kebangkitan dan Pembaharuan “ Shalawat beserta salam tidak lupa pula kita kirimkan buat kekasih Allah, putra Abdullah ,kekasih Khadijah, imam diwaktu shalat dan panglima tertinggi diwaktu perang yakninya nabiyuna Muhammad SAW, yang telah membawa umat dari terang benderang sampai zaman yang berilmu pengetahuan sampai saat sekarang ini.
            Semoga setelah selesainya makalah ini penulis berharap dapat membantu pembaca dalam menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin. Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan – kekurangan dalam menyusun makalah ini. Namun penulis telah berupaya untuk membuat makalah ini dengan sebaik- baik mungkin dengan sistematika dan cara penulisan baik dan benar.



                                                                                                   Ciputat,26 Maret 2015

                                                                                     Penulis





DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2  Rumusan Masalah..............................................................................................................2

1.3  Tujuan Penulisan................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kebangkitan dan pembaharuan Islam di Dunia....................................................4
2.2 Tokoh – tokoh dalam kebangkitan dan pembaharuan .....................................................10
2.3 Pemikiran Politik diantara tokoh pembaharuan Islam......................................................13

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................15
3.2 Kritik.................................................................................................................................15
3.3 Saran.................................................................................................................................16






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bangkitnya negara – negara yang berbasis Islam dari tidurnya merupakan gerakan awal kebangkitan Islam secara Internasional. Banyak negara – negara Islam yang telah merdeka dari penjajahan kolonialisme, sehingga menimbulkan suatu kesadaran baru dari masyarakat Islam untuk tumbuh dan berkembang sebagai negara yang berdaulat. Dengan adanya kemerdekaan ini, masyarakat islam mulai tumbuh sikap kritisnya terhadap barat yang telah membawa moderenisasi atau modernisme terhadap negara – negara jajahannya termasuk pada masyarakat Islam.
Tumbuhnya sikap kritis dikalangan umat Islam terhadap Barat baik berupa  gerakan Intelektual maupun sosial & politik merupakan gejala yang tumbuh sekitar abad ke – 18. Maraknya kebangkitan Islam terhadap Barat merupakan gejala yang beragam dari masyarakat Islam. Keberagaman reaksi tersebutlah tumbuhnya kebangkitan Islam ini menyebabkan sulitnya mencari istilah yang tepat serta mencakup seumua gejala kebangkitan Islam. Sebab, sesungguhnya Barat merupakan penggelinding bola pertama kebangkitan Islam yang dimulai oleh ekspansi pertama yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte ke Mesir.
Kebangkitan Islam disikapi secara beragam oleh Barat, sehingga istilah yang digunakan oleh Barat untuk menunjukkan gejala tersebut adalah revivalisme, aktivisme, milenarisme, militansi Islam, Resurgence dan reassertion. Tetapi istilah yang sering kita dengar dalam khazanah pemikiran Islam adalah ishlah dan Tajdid. Kebangkitan Islam merupakan salah satu dari arti relevansi khusus dari tradisi tajdid dan Ishlah, sebab tradisi tajdid dan Islah adalah tradisi dinamis yang mengungkapkan dirinya dalam bentuk yang berbeda-beda dan dalam abad ini tradisi tajdid dan ishlah mengungkapkan diri dalam bentuk Kebangkitan Islam.
            Kebangkitan Islam merupakan langkah awal adanya pembaharuan pemikiran  dan modernisasi dalam dunia Islam. Umat Islam dalam menghadapi tantangan zaman  berusaha untuk melakukan upaya pembaharuan pemikiran. Pembaharuan atau modernisasi merupakan sebuah upaya masyarakat Islam dengan pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham, adat istiadat dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana Baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi.
Dalam pengertian ini, modernisasi sudah barang tentu terjadi pada zaman teknik meminjam istilah Hodgson.Sekalipun pembaharuan timbul pertama kali di dunia Barat, ini tidak berarti bahwa Islam tidak mengenal pembaharuan. Konon nabi Muhammad pernah memberi tahukan bahwa setiap kurun waktu selalu ada seorang pembaharu (mujaddid) yang akan mengembalikan pemikiran Islam pada jalan yang benar. Selain itu pembaharuan juga mendapat pendasarannya dalam al-Qur’an. Sesungguhnya, pembaharuan dalam dunia Islam pada hakikatnya adalah merupakan kritik diri dan perjuangan untuk menegaskan bahwa Islam berwatak dinamis, selalu cenderung kepada kemajuan serta selalu relevan dalam situasi apapun yang dihadapi masyarakat Islam atau dengan kata lain “Islam salih likulli zaman wa makan”.
Kebangkitan Islam yang akhirnya melahirkan suatu kesadaran baru masyarakat Islam untuk melakukan suatu koreksi total terhadap kemunduran Islam terjadi sebagai akibat adanya kontak dengan dunia Barat melalui kolonialisme an imperialisme yang melanda hampir seluruh dunia Islam. Kontak dengan dunia Barat ini terjadi sekitar pertengahan abad 19 sampai awal abad 20. Gerakan yang muncul pada saat itu akhirnya dikenal dengan istilah modernisme klasik. Gerakan ini tidak hanya berbicara pada persoalan teologis, tetapi telah merambah pada persoalan social, politik, pendidikan  dalam bentuk yang baru dengan dunia Islam sebelumnya.
Berlanjut dari kebangkitan Islam di Dunia Muslim juga membawa sebuah gerakan pembaharuan Islam pada zaman baru yang sering dilukiskan secara sederhana sekali sebagai reaksi dan respon terhadap imperalisme Barat, yakni dominasi politik dan kebudayaan oleh kekuasaan kolonial pihak Eropa. Karena pada dasarnya kita lihat bahwa akar gerakan pembaharuan itu berpangkal pada dua sumber, yakni sumber Islam dan sumber Barat.[1] Nah dari pembaharuan tersebut yang di bawa oleh beberapa tokoh dari timur tengah yakni Mesir, seperti Jamaluddin Al – Afghani, Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha. Untuk Lebih jelasnya akan pada sejarah perkembangan kebangkitan dan pembaharuan Islam didunia Muslim itu sendiri.



1.2  Rumusan Masalah
          Berpijak pada uraian latar belakang penulisan makalah diatas, maka secara umum ada tiga rumusan masalah yang dispesifikan sebagai berikut:

1.      Sejarah perkembangan Kebangkitan dan Pembaharuan Islam di Dunia Muslim.

2.      Tokoh – tokoh kebangkitan dan pembaharuan Islam.

3.      Pemikiran – pemikiran tokoh pembaharuan bidang Politik khususnya tentang Hubungan Islam & Negara.

1.3  Tujuan Penulisan

Sejatinya, tujuan dibuatnya penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui bagaimana sejarah perkembangan kebangkitan dan pembaharuan Islam didunia Muslim. Bukan hanya serta merta untuk sekedar mengetahui saja, akan tetapi kita juga dapat mengimplementasikan dan mengikuti bagaimana perkembangan gerakan monderenisasi itu di Dunia Islam.
Kemudian kita juga dapat mengetahui siapa – siapa saja tokoh dari gerakan pembaharuan Islam tersebut serta bagaimana pemikiran politik dari tokoh tersebut khususnya dalam relasi Islam & Negara.









BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sejarah perkembangan Kebangkitan & Pembaharuan Islam di Dunia Muslim
Sebelum masuk pada sejarah perkembangan kebangkitan dan pembaharuan Islam di Dunia Muslim tentu kita harus mengetahui arti atau pengertian dari ” pembaharuan” tersebut. Untuk lebih jelasnya pembaharuan dari secara pengertian berasal dari bahasa Indonesia yang sering dipakai kata modern, moderenisasi dan modernisme. Kata – kata tersebut biasanya terdapat “dalam aliran – aliran modern dalam Islam” dan bisa juga “ Islam dan moderenisasi “. [2]Moderenisme dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham – faham, adat – istiadat, institusi yang lama, dan sebagainya. Untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh beberapa kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern.
Pikiran dan aliran ini segera memasuki lapangan agama dan moderenisme dalam kehidupan keagamaan di Barat yang mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran – ajaran yang terdapat dalam agama Khatolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan dan Filsafat Modern. Aliran ini pada akhirnya telah berhasil membawa Sekularisme dimasyarakat Barat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini juga telah memasuki dunia Islam sekitar abad ke – 19, pada sejarahnya Islam dipandang sebagai permulaan periode modern. Pada akhirnya Barat pun membawa ide atau gagasan yang baru kedunia Islam seperti: Rasionalisme, nasionalisme, demokrasidan sebagainya.
Dengan adanya ide – ide yang telah di gagas oleh Barat, maka semua ini menjadi persoalan – persoalan baru, dan pemimpin Islam pun mencari jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan ini. Seperti halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pemikiran dan gerekan untuk menyesuaikan faham – faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonolgi modern itu. Pada Akhirnya, pemimpin Islam modern sangat mengharapkan akan dapat melepaskan umat Islam dari suasan kemunduran ke arah kemajuan.

Secara historinya, perkembangan kebangkitan dan pembaharuan dalam Islam didunia itu dilukiskan secara sederhana yakni gerakan pembaharuan Islam. Gerakan pembaharuan Islam ini seringkali disebut dengan gerakan moderenisasi artinya sebagai suatu reaksi dan respon terhadap imperialisme Barat yang didominasikan politik dan kebudayaan oleh kekuasaan kolonial pihak Eropa. Pada dasarnya gerakan pembaharuan itu berpangkal pada dua sumber yakni: sumber Islam & sumber Barat. Dalam memahami politik Islam pada abad ke – 20 ini sangat memerlukan pemahaman mengenai watak dan warisan “revivalitalisme”. [3]Gerakan pembaharuan dalam Islam yang dapat kita lihat dari gebrakan – gerakan modernisasi dari beberapa tokoh pembaharu sepeti: Jamaluddin Al – Aghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Muhammad ibn Abdul Wahab,Shah Wali Allah dan sebagainya.
Pembaharuan dalam Islam timbul di periode sejarah Islam yang disebut dengan modern yang mempunyai tujuan untuk membawa umat Islam kepada kemajuan. Sebelum masuk kedalam pokok masalah, akan lebih baik kita terlebih dahulu membahas sejarah Islam secara ringkas. Artinya kita tidak hanya dituntut untuk mengetahui periode modern itu, akan tetapi juga melihat bagaimana perkembangan maju – mundurnya umat Islam yang terjadi dalam sejarah. Dalam garis besarnya sejarah Islam dibagi kedalam tiga periode besar yaitu: klasik, pertengahan dan modern.
·         Periode Klasik ( 650 – 1250 M ) merupakan zaman kemajuan dan dibagi kedalam dua fase: [4]
o   Fase Ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650 – 1000 M ). Di zaman inilah daerah Islam meluas melalui Afrika Utara sampai ke Spanyol di Barat dan melalui Persia sampai ke India di Timur. Daerah – daerah tersebut sangat tunduk pada penguasaan Khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damsyik dan di Bagdad. Di masa ini telah berkembang dan mencapai puncak ilmu pengetahuan, baik dalam bidang ilmu agama ataupun non – agama serta kebudayaan Islam itusendiri. Di zaman ini juga menghasilkan ulama – ulama besar, seperti : Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibnu Hambal.
o   Fase Disintegrasi, ( 1000 – 1250 M). Di masa ini keutuhan umat Islam dibidang Politik mulai pecah dan kekuasaan para Khalifah pun menurun, akhirnya Bagdad di rampas dan dihancurkan oleh Hulagu ditahun 1258 M.
·         Periode pertengahan ( 1250 – 1800 M), pada periode pertengahan ini juga dibagi menjadi 2 fase:
o   Fase Kemunduran ( 1250 – 1800 M ). Pada zaman ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Yakni perbedaan antara Suni dan Syi’ah dengan demikian juga antara Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam juga terbagi 2  yaitu: bagian Arab yang terdiri atas: Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan Afrika Utara serta Mesir sebagai pusat, sedangkan bagian Persia yang terdiri atas Balkan, Asia Kecil, Persia dan Asia tengah dengan Iran sebagai pusat. Kebudayaan Persia mengambil bentuk Internasional dan dengan demikian mendesak lapangan kebudayaan Arab.
o   Fase Tiga Kerajaan Besar ( 1500 – 1800 M) yang diawali dengan zaman kemajuan ( 1500 1700 M ) serta diakhiri dengan zaman kemunduran pada tahun ( 1700 – 1800 M ). Tiga kerajaan besar tersebut adalah :
1.      Kerajaan Turki Usmani (ottoman Empire).
2.      Kerajaan Mughal India.
3.      Kerajaan Safawi ( Persia)
Di masa kemajuan ketiga kerajaan ini mengalami puncak kejayaan masing – masing terutama dalam bidang literature dan Arsitektur bangunan. Pembangunan Mesjid – mesjid dan gedung – gedung yang indah didirikan di zaman ini masih dapat dilihat di Istambul, di Tibriz, Isfahan serta kota – kota lainnya di Iran  dan New Delhi.
            Ketika kita berkaca pada zaman kemunduran, secara jelas pada saat Kerajaan Usmani merasa terpukul di Eropa, kemudian Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan – serangan suku bangsa Afghanistan. Sedangkan daerah kekuasaan Kerajaan Mughal juga diperkecil oleh pukulan – pukulan Raja – raja di India. Akan tetapi, kalau kita melihat pada pertahanan di bidang kekuatan militer dan kekuatan politik umat Islam pada saat itu cenderung menurun. Sehingga Eropa dengan kekayaan – kekayaan nya diangkut dari Amerika dan Timur  jauh bertambah kaya dan maju. Nah pada saat itulah Napoleon pada tahun 1798 menduduki Mesir dan memncoba melakukan pembaharuan.
·         Periode Modern pada tahun ( 1800 – dan seterusnya), nah pada periode modern ini merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsyafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja – raja dan pemuka Islam mulai berfikir bagaimana cara untuk meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Pada Akhirnya pada periode Modern inilah timbulnya ide – ide pembaharuan dalam Islam.

§  Tokoh pmbaharuan dalam Islam
Setelah selesainya Revolusi 1789 Perancis mulai mnjadi Negara besar yang  mendapat persaingan dari Inggris yang waku itu telah meningkat kepentingan kepentingannya di India dan untuk memutuskan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur. Napoleon yang waktu itu sebagai pemimpin Revolusi, melihat bahwa Mesir perlu dilakukan di bawah pimpinan Perancis.
            Mesir yang waktu itu di kuasai kaum Mamluk , sungguh pun sejak di taklukan oleh sultan Salimdi tahun 1517. Daerah ini pada hakikatnya merupakan bagian dari Kerajaan Usmani. Sultan Usmani tettap mengirim sorang Pasya Turki ke Kairo untuk bertindak sebagai wakil mereka dalam memerintah daerah ini. Tetapi karena seebenarnya kekuasaan berada di kaum Mamluk, kedudukannya di Cairo tidak lebih dari kedudukan seorang Duta Besar.
v  Al-Tahtawi  (MESIR)
 Rifa’ah Badawi Rafi” Altahtawi adalah satu dari sekian orang pembawa pemikiran pmbaharuan yang tentu besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad kesembilan belas di Mesir. Dalam gerakan pembaruan pendahulunya, Ali Pasya, Tahtawi turut memainkan peranan. Lahir di tahta pada tahun 1801, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan. Dan meninggal di Cairo pada tahun 1873. Ketika Muhammad Ali mengambil seluruh harta seluruh orang di Mesir, termasuk harta orang tua Atahttawi.
Ia adalah murid kesayangannya Alsyaikh Hasan Al-atar yang banyak mempunyai hubungan dengan ahli - ahli Ilmu Pengetahuan Perancis yang datang dengan Napoleon ke Mesir. Gurunya ini melihat bahwa Ahtawi adalah seorang yang sungguh sungguh dan tajam pikiran. Dan karena itu gurunya selalu memberikan dorongan kepada Tahtawi untuk seelalu menambah pengetahuan. Setelah selesai studinya di Al- azhar, Tahtawi mengajar di sana selama dua tahun dan kemudian di angkat mnjadi Imam tentara di tahun 1824. dua tahun kemudian dia di angkat menjadi Imam mahasiswa mahasiswa yang di kirim Ali Pasya dari Mesir ke Paris. Di Paris dia menerjemahkan banyak sekali buku, di antaranya adalah Risalah tentang Alexander Macedonia, buku mengenai pertambangan, buku mengenai ilmu bumi, risalah mengenai ilmu teknik, risalah mengenai hak - hak manusia , risalah tentang keesehatan jasmani dan sebagainya.
Ketika di Paris, Tahtawi banyak menghabiskan waktu dengan membaca dan kemudian menerjemahkan buku buku dalam bahasa Perancis ke dalam bahasa Arab.Selain itu dia juga tertarik sekali membaca buku buku Politik, salah satu nya adalah bukunya Montesquieu, Volterie dan Rosusseau. Sekian banyaknya buku yang berhasil di terjemahkan dari Barat ke dalam bahsa arab adalah dengan tujuan bahwa penerjemahan  buku  Barat ke dalam bahasa Arab di rasa sangat penting  agar ummat Islam mengetahui ilmu- ilmu yang membawa kemajuan di Dunia Barat, dan dengan demikian Umat Islam berusaha pula memajukan diri mereka.
Beberapa buku dan tulisan yang di hasilkan Tahtawi adalah buku yang berjudul “Jalan bagi orang Mesir untuk mengetahui literature modern” buku ini menerangkan bahwa betapa pentingnya kemajuan ekonomi terhadap kemajuan suatu neegara. Menurut pendapatnya masyarakat manusia mempunyai dua tujuan: menjalankan perintah Allah dan mencari kesejahteraan di dunia. Kesejahteraan yang di maksud adalah kesejahteraan yang dia lihat di Eropa. Kesejahteraan akan dapat di capai dengan dua jalan, berpgang pad agama serta budi pekertibaik dan kemajuan ekonomi mesir ekonominya tergantung pada pertanian, dan ia memuji muji usaha yang di lakuakan oleh pendaulunya yaitu Ali Pasya.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa pemerintah yang baik lah yang dapat memajukan poerekonomian di sautu Negara. Oleh karena itu buku yang di karangnya selanjutya menjelasakna kettatanegaraan yang baik menurut faham tradisional dalam Islam. Raja dan Sultan mempunyai kekuasaaan eksekutif yang mutlak, tapi kekuasaaannyaitu harus di batasi oleh syariat dan syura dengan para ulama , syariat adalah di atas raj. Raja harus menmghormati ulama dan memamndang mereka sebgai pembantunya dalam soal pemerintahan. Syariat , menurut pendapatnya, harus di sesuaikan dengan keadaaan dan situasi modern, an kaum ulama harus mengetahui kemajuan modern untuk dapat menafsirkan syariat sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern. Oleh karenanya mereka harus mempelajari ilmu pengetahuan Barat. Di zaman dahulu, ia menjelaskan bahwa para ulama mempelajari filsafat, kedokteran dan ilmu ilmu yang ada pada zaman mereka. Ahli ahli yang mempunyai ilmu pengethuan di bidangnya seperti dokter , insiyur dan lain lain harus di ajak bermusyawarah oleh raja dalam menentukan siasat Negara.
Hal ini mengandung arti bahwa ijtihad yang telah tertutup pintunya sejak abad kesebelas masehi, bagi TAhtawi adalah terbuka, tapi ia masih kelihatan ragu ragu dan belum berani untuk menyatakan secara lantang pendapatnya ini. Masyarakat yang waktu itu belum bisa menerima pandangan semacam ini, karena di anggap terlalu radikal. Dalm bukunya ynag lain, Tahtawi menerangkan bahwa ada ijtihad dan taklid. Tahtawi hanya menerangkan syarat-syarat dan rupa rupa ijtihad dalam Islam, ijtihad mutla, ijtihad dalam mazhab, ijtihad dalm fatwa.
Mengenai soal fatalism, ia mencela orang paris karena tak percaya pada kada dan kadar, sedangkan pendapat yang semestinya menurutnya, ialah manusia harus percaya pada kada dan kadar Tuhan, tetapi di samping itu juga manusai harus berusaha. Di sini terdapat nilai dinamisme bukan statis yang umumnya terdapat dalam dunia Islam.
v  SULTAN MAHMUD II
Pembaharuan di kerajaan Usmani aabad kesembilan belas sama halnya dengan pembaharuan di Mesir, juga di pelopori oleh seorang Raja. Jika di Mesir Muhammad Ali Pasya Raja yang mempelopori pembaharuan, di kerajaan usmani Raja yang mempelopori pembaharuan adalah Sultan Mahmud II.Mahmud lahir pada tahun 1785 dan mempunyai didikkan traddisional, antara lain pengeetahuan agama , penegetahuan pemerintah, pengetahuan sejarah dan sastra arab, Turki dan Persia. Ia di angkat menjadi sultan pada tahun 1807dan meninggal; di tahun 1839.
Pembharuan yang menarik perhatiannya kala itu adalah pembaharuann di bidang militer. Di tahun 1826 Mahmud membentuk korp tentara baru yang di asuh oleh pelatih-pelatih yang di kirim oleh Muahammad Ali PAsya dari Mesir. Ia menjauhi pemakain pelatih-pelatih Eropa atu keristen yang di masa lampau mendapat tantangan dari pihak-pihak yang tidak setujui dengan pembaharuan.Sultan Mahmud II di kenal sebagai sultan yang tidak mau  terikkat pada tradisi dan tuidak segan segan melaanggar addat kebiasaaan lama. 
 Mahmud kerap kali melangggar budaya Aristorat yang sudah lama menjadi kebiasaan para sulatan sebelumnya. Ia mengambil sikaf demokratis dan selalu munculdi muka umum untuk berbicara atau menggunting puuta pada upacara-upacara resmi. Mentri dan pembesar pembesar laainnya ia biasakan duduk bersama jika dating menghadap.
Sultan Mahmud II juga mennggadakan perobahan dalam tataaran organisasi pemerintahan kerajaan Usmani, yang tradisi dahulu bahwa kerajaan usmani di kepaqlai oleh seoang sultan yang mempunnyai kekuasaan temporial atau duniawi dan kekuasaan spiritual, attau rohani.sebagai penguasa duniawi ia memakai title Sultan dan sebagai kepala rohani ummat Islam ia memakai title kholifah.dengan demikian raja Usmani memiliki 2 gelar,dan bentuk kekuasaan, kekuasaan untuk memerintah Negara dan kekuasaaan untuk meniarkan dan membeeela agam Islam.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sultan di bantu oleh dua pegawai tinggi, sadrazani untuk urusan pemerintahan dan syaikh Al-Islam untuk urusan keagamaan. Perobahan penting yang di lakukan olh Mahmud II dan kemudian mempunyai pengaruh besar pada perkeembangan pembaharuan kerajaan Usmani ialah probahan dalam biang pendidikan.  Mahmud sadar betul bahwa pngetahuan yang di ajarkan di madrasah tradisional ini sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman abad kesembilan belas.
Mahmud mngadakan perobhan pada kurikulum madrasah dengan menambahakann pengetahuan-pengetahuan umum ke dalam nya. Madrasah radisional tetap berjalan, tapi di sampingnya Mahmaud mndirrikan 2 sekolah pengetahuan umum, skolah pengrtshusn umum (maktub I maarif) dan sekolah sastra (maktub ulum-u edeeebiye). Di 2 sekolah itu di ajarkan banyak sklai ilmu pngeetaahuan umum, sperti bahasa prancir, ilmu bumi, ilmu ukur, ilmu kedokteran dan lain seeebaagainya.
Tak lama stlah itu Mahmud kemmudian mendirikan sekolah milittteer, skolah teknik, sekolah kedokteran dan pembedahan,. Di seekolah tersebut tentu ada banyak mata pellajaran yang tak di jumpai di madrasah, ilmu ilmu dalam dialek bahasa Barat yang di rjmahkan dalam bahasa stmpat mmbuat plajar plajar di sekolah teresebut meningkat. Dengan bacaan bacaan buku-buku srupa ini siswa mmperoleh id ide modern yang brasal dari Barat. Selain meendirikan sekolah Mahmud juga seering mngirim banyak siswanya k ropa untuk melanjutkan belajarnya yang setelah kembali ke Turki banyak memberikan pengaruh dalam menyebarkan ide-ide pembaharuan.


v  SIR SAYYID AHMAD KHAN (India)
Ide idé yang di cetuskan oleh waliyullah di abad kedelapan belas di teruskan oleh anaknya syah Abdul Aziz ke genaerasi selanjutnya. Ia adalah ulama trkemuka di zamannya. Ktika umumnya orang berpndapatbahwa belajar bahasa inggris adalah haram, ia justru mmeberi fatwa bahwa belajar bahasa inggris bukan boleh saja, tetapi perlu untuk kemajuan umat Islam.Kondisi India waktu itu adalah bahwa ummat Islam dalam keadaan keterytinggalan dari umat hindu budha di India, inilah yang ingi di atasi oleh Syah Abdul Aziz  dan pmimpin-pemimpin pembaharuan ssudahnya, ytrutama Sir Sayyid Ahmad Khan.
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan krajaaan Mughal sbagi akiba dari pemberontakan 1857, munculah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin ummat Islam India, yang telah kena pukul itu untukk dapat berdiri dan maju kembali sebagai di masa lampau.Lahir di Delhi pada tahun 1817dan menurut keterangan, beliau adalah cucu Nabi Muhammad dari Fatimah dan Ali. Di masa pemeberontakan 1857 ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dan pembunuhan. Karena sikafnya itu, pihak Inggris merasa ingin membalas jasa dan kemudian menganugrahkan gelar Sir.
Sir Ahmad berpendapat bahwa peningkatan kedudukan ummat Islam India, dapat di wujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris telah menjadi penguasa di India, dan menentaangnya bukanlah hal yang akan mendangkan kebaikan bagi ummat Islam malah akan menjadikan poisi Islam semakin jauh ketingggal oleh hindu India.Di samping itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat termasuk di dalamnya Inggris, ialah ilmu penegtahuan dan teknologi modern.untuk dapat maju, ummat Islam harus menguasain ilmu dan teknologi modern itu. Untuk itu ia berusaha menyakinkan pihak Inggris bahwa Ummat Islam tidak memaikan peranan dalam pemberontakan 1857.
Sayyid Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasic telah hilang dan ttelah timbul perdaban baru di Barat. Dasar peradaban itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hasil pemikiran akal manusia, maka Sayyid Khan sangat memebrikan penghargaan yang tinggi terhadap akal.tetapi sebagai orang Islam yang percaya terhadap wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas.
Ia mempunyai faham qodariyah ( free will and free act) dan tidak faham jabariyah yang fatalism. Manusia, begitu pendapatnya, di anugrahi akal oleh Allah di antaranya daya berfikir dan daya fisik untuk mewujudkan kehendaknya, manusia mempunyai kebebasan mempergunakan daya daya yang di berikan Tuahna kepadanya. Sejalan dengan itu ia menolak faham taklid bahkan tidak segan segan menyerang faaham ini. Sumber ajaran Isla, menurutnya hanyalah Alqurann  dan Hadist. Pendapat ulama di masa lampau tidak mengikat bagi ummat Islam.
Islam di India yang ketinggala menurutnya harus di robah mentalnya dulu, perobahan sikaf mental itu ia usahakan melalui tulisan-ttulisan alam buku dan artikel-artikel dalam majalah. Melalui pendidiakan juga tak kalah penting karena menurutnya jalan itu adalah paling efektif untuk merobah sikap mental memamnglah pndidikan.
Di tahun 1861, ia mendirikan swekolah Inggris di Muradabad.



[1] Esposito. John L” Islam dan Politik”( Jakarta: PT. Bulan Bintang,1990) Hal 43.
[2] Prof. Nasution Harun “Pembaharuan dalam Islam” Sejarah pemikiran & gerakan (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1975) Hal 11.
[3] Esposito. John L” Islam dan Politik”( Jakarta: PT. Bulan Bintang,1990) Hal 43.
[4] Ibid Hal 14.