Jumat, 01 Mei 2015

awalnya....

Indonesia Juni 1994.....
Dalam kondisi era orde yang paling baru -katanya- dengan spirit mahasiswa yang mulai gelisah dan amarah rakjat yang kian membuncah tak alang kepalang. Mungkin mereka lelah menjadi umat yg diam menyaksikan dan mengikuti orde yang paling baru itu. Demonstran mulai turun ketika itu, rakjat di desa mulai mendengar gemuruh teriakan mahasiswa di djakarta, sambil nangkep tuur (memeluk dengkul) di depan hawu (tungku) di temani belem sampe (singkong bakar).
Satu dari sekian orang desa itu adalah bapak ku. Yang sedang -gelisah- menanti kelahiran sang jabang bayi. Putra keenamnya yang sedang naas terselip paha istrinya. Ibuku. Wanita terbaik sedunia yang Tuhan ciptakan untuk merawat ku di dunia ketika itu.

Sampai akhirnya si jabang bayi melihat dunia (padahal masih bayi) di awal bulan juni 1994. Dari pasangan orang desa itu terlahir seonggok manusia (1/2dewa iwan fals) baru yang memadati -lagi- pelanet ini.

Dari kampung (nan jauh di sana) sukabumi, kuring (aku) di lahirkan. Dengan mata yang masih merem (melek) katanya telinga kuring di adzanin. Dari sanalah kisah ku berawal. Kisah itu sederhana. Seperti sederhananya kisah kelahiran marx atau hegel, gurunya. Tak ada yang istimewa (cerible). Tulisan ini pun biasa aja. Seperti biasanya kisah orang jomblowan yang ketemu jomblowati. Dia banyak cerita tentang pertemuannya dengan perempuan perempuan -malang- yang Tuhan ketemukan dengannya. Kasian....
Lahirlah aku yang mengaku aku, sekian selamat wayah Kieu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar