Rabu, 06 Mei 2015

Mahad Kehilangan (LAGI...)

Dengan lemas dan wajah kian melas, seorang mahasiswa asal Lamongan Melangkah perlahan menyusuri lorong Mahad UIN Jakarta. Luqman, adalah korban kali ini. Laptop kesayangannya raib di gondol maling biadab malam lalu. Makalah yang tinggal beberapa hari lagi harus di kumpul, menambah beban deritanya. Uang?, apalagi. Sudah 2 bulan terakhir ini uang living kost yang menjadi haknya tak kunjung turun. Ternyata maling sialan itu tak hanya mencuri laptopnya saja, smartphone miliknya yang belum setahunpun ikut raib. Lengkap sudah derita mahasiswa Usuludin ini.

"Aku cukup sabar. Toh musibah ini nda akan bikin badanku kurus", komentarnya ketika di tanya kawannya setelah beberapa jam tersadar, barang miliknya sudah berpindah tangan.

Bukan hanya Lukman, yang menjadi korban incaran maling waktu itu. Di waktu yang sama, yaitu berkisar pukul 02 dini hari tanggal 06 Mei, Hamdani, seorang ketua Formabi (Forum Mahasiswa BidikMisi) pun menjadi korban kebiadaban pencuri sialan itu. Dani, begitu sapaannya, tak jauh berbeda nasibnya dengan lukman. Deritanya di Mahad hampir serupa. Pasalnya Dani pun, di saat yang bersamaan, kehilangan dua buah alat elektronik yang sangat penting dalam hidupnya. Yang membedakan adalah, Luqman bertubuh gemuk sedangkan Dani aga kurus. "Mirip Jokowi" kata temannya yang sama sama penerima beasiswa BidikMisi.

Pada hari itu juga, OMM (Organisasi Mahasiswa Mahad) mengadakan gerakan. Bada solat Subuh, Luqman -bukan Korban- ketua OMM, menggelar Yasin dan Doa bersama. Semoga saja malingnya di berikan kesadaran dan korban di beri ketabahan.

Insiden kehilangan seperti ini ternyata bukan kali pertamanya terjadi di Mahad. Masih di semester genap ini, sudah terjadi beberapa kali kasus kehilangan barang, khususnya barang elektronik. Kehilangan-kehilangan semacam itu seolah-olah bukan hal baru di Mahad. Bayangkan saja, sepatu untuk berangkat ke kampus saja, yang hanya satu-satunya, tak jarang di gondol maling. Pertanyaannya, bukan, siapa yang salah?. Toh setiap kali ada kejadian kehilangan, blm pernah ada tindakan yang serius mengurus perkara itu.  "Tega betul maling itu. Padahal kita -mahasiswa BidikMisi- adalah kaum kelas 2 di UIN Jakarta ini. Ko sampai hati mengambil barang teman kita" saut Mis Bahar, mahasiswa Tafsir Hadist ketika mengetahui banyak kawannya kehilangan barang.

Sebagai asrama mahasiswa beasiswa, harusnya Mahad UIN Jakarta memberikan pelayanan yang prima terhadap penghuninya. Sudah betul, bahwa di Mahad terdapat pak Satpam yang selalu stand by di pintu gerbang. Namun tugasnya tentu bukan hanya menunggui pintu gerbang sambil menonton TV, tapi memastikan bahwa di asrama itu aman, terkendali.

Harusnya ini merupakan pelajaran bagi penghuni Mahad, bukan untuk di ratapi, tapi di tindak lanjuti. Meminjam istilahnya Amien Rais, "manusia itu unik, aneh. Mengetahui bahwa kejadian itu seperti demikian. Sebabnya, dampaknya dan lainnya, namun selalu mengulanginya". Barangkali ungkapan pak Amien itu benar. Harusnya penghuni mahad belajar dari pengalaman. Semoga itu adalah kali terakhir mahad kehilangan.

Ingat, kejahatan bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan Dan ketidak jelasan anggaran..
 Waspadalah..... waspadalah.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar